Rabu, 27 Mei 2015

Petunjuk Teknis Penilaian Angka Kredit

Pada tanggal 19 September 2014 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan Permendikbud No. 92 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknik Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen. Peraturan ini ditetapkan dalam rangka kelancaran pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 46 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya.
Download di sini:PNS, Guru, Dosen

atau dapat melihat cara penentuan angka krdeitnya disini

Selasa, 26 Mei 2015

Buku-Tarekat Sang Kyai dalam Pendidikan Diniyah & Pembangunan

Raras Wuri Miswandaru From Ponpes Shidiqiin Wara` Purwojati.  Buku-Tarekat Sang Kyai dalam Pendidikan Diniyah & Pembangunan

Buku tentang Perjuangan Kyai Muhammad Syechan dan Nyai Rukiyah Pendiri Ponpes Shidiqiin Wara` di dunia Pendidikan dan Pembangunan dalam proses editing untuk dicetak. Tunggu kehadirannya ya.....

Buku yang memuat berbagai mengenai berbagai masalah pendidikan keagamaan.  baik berkaitan pendidikan, isi kurikulum pendidikan diniyah, peran pemimpin dan Pengaruh pendidikan yang dilakukan oleh SangKyai Muhammad Syechan dan Istrinya terhadap keagamaan masyarakat.

Buku ini sangat baik untuk dibaca para pendidik, mahasiswa dan masyarakat yang peduli akan perkembangan dakwah dan pendidikan diniyah di masyarakat. Bagaimana seorang ustadz Kyai dalam mengembangkan dunia pendidikan dan mengamalkan ilmu agamanya.

Buku yang didasari buku tulisan tangan karya Kyai Muhammad Syechan yang berjudul "Purbaning Ngaurip" cukup menarikdan cukup dalam pembahasannya. Buku mempunyai 250 halaman, sehingga cukup tebal sebagai buku bacaan.

Jumat, 22 Mei 2015

Jenis-jenis Sumber Maklumat

Jenis-jenis Sumber Maklumat

1.5.1         Definisi Sumber

Satu set bahan atau sistem yang diwujudkan dengan bertujuan untuk membantu proses pembelajaran seseorang pelajar. Sumber terbahagi kepada 3 jenis:


 a.  Sumber primer- hasil kerja asal sama ada diterbitkan atau tidak dan memberikan pengetahuan
baru atau meningkatkan kemajuan ke atas pengetahuan sedia ada terhadap sesuatu perkara. Asas
sumber sekunder atau tertier.  Contohnya  tesis, jurnal dan prosiding.

Ciri-cirinya-  Merupakan penemuan baru atau ilmu pengetahuan baru. Melapurkan penyelidikan
yang asli.  Memberi ulasan baru atau interpretasi yang berbeza kepada ilmu pengetahuan yang
baru.  Biasanya sumber primer ini sukar dicapai kerana tidak disusun atau disenarai dengan
sempurna atau berada di merata tempat.  Sumber-sumber ini ada yang diterbitkan dan ada yang
tidak diterbitkan.

Contoh sumber primer yang diterbitkan-  Terbitan berkala / terbitan bersiri, Jurnal, Lapuran
penyelidikan,  Penerbitan kerajaan / penerbitan rasmi,   Paten,  Piawaian, Disertasi / tesis (jika
diterbitkan sebagai artikel atau buku), Prosiding, konferens.

Sumber-sumber yang tidak diterbitkan termasuklah-    Kertas kerja,  Fail syarikat, Fail peribadi,
Surat menyurat,  Diari, memo,  Buku nota / makmal, Temuramah,  Rakaman audio,  Lukisan,
Pemerhatian,  Lapuran penyelidikan / teknikal yang terhad edarannya,  Latihan ilmiah / tesis /
disertasi.
(Nota: Oleh sebab sumber primer ini merupakan maklumat asal, gunakan kebijaksanaan sendiri sama ada ingin memasukkannya ke dalam
senarai bacaan atau rujukan dan sumber primer biasanya sukar diperolehi kerana ianya sukar dikesan)


b.      Sumber sekunder
Sumber sekunder bermaksud sumber yang memberikan akses kepada sumber primer melalui
perkhidmatan abstrak dan indeks. Rujukan adalah dalam format bibliografi yang diterbitkan
dan contohnya adalah nota kaki dan glosari.Ciri-ciri Sumber Sekunder-   Ia bukanlah
maklumat atau ilmu pengetahuan baru. Ia menyusun sumber primer dengan lebih sistematik
supaya senang diakses. Ia lebih merupakan penilaian, komen, ringkasan atau pemeriksaan ke
atas karya atau penyelidikan seseorang mengenai sesuatu perkara dan sebagainya.
Walaupun sumber sekunder begitu berguna untuk mengesan sumber lain, perlulah berhati-hati
dalam menilai sumber ini sama ada ianya berwibawa bias.

Contoh sumber-sumber sekunder- Terbitan berkala / terbitan bersiri / jurnal (yang memberi
lapuran tentang perkembangan sumber primer), Perkhidmatan indeks dan abstrak,  Ulasan
(reviews),  Buku teks / monograf,  Bahan-bahan rujukan atas rak, Ensiklopedia, Kamus / glosari
/ istilah,  Buku panduan (handbook), Jadual, Formula, Pangkalan data.

*Sumber sekunder boleh wujud dalam format bercetak atau tidak bercetak.


c.      Sumber Tertier- sebagai sumber umum.  Ia merupakan maklumat yang telah diterima
umum dari sumber-sumber primer.  Sumber tertier boleh didapati dalam bentuk buku teks,
pangkalan data, ulasan artikel,  dan panduan praktis.  Laman web juga menyediakan
banyak sumber dari kategori ini.

Ciri-ciri Sumber Tertier.
Sumber tertier dapat membantu mengesan sumber primer dan sumber sekunder.

Contoh-contoh dokumen sumber tertier - Buku tahunan, Bibliografi kepada bibliografi, Panduan
kepada penerbitan (Guides to the literatures),  Panduan kepada perpustakaan, Panduan kepada sumber
maklumat, Panduan kepada organisasi.
simberhttp://student20std.blogspot.com/2012/06/jenis-jenis-sumber-maklumat.html

Jumat, 15 Mei 2015

Kontrultivistik dalam Pembelajaran

KONSTRUKTIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN
Pembelajaran menurut pandangan konstruktivisme adalah : “ Pembelajaran dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyong-konyong. Pembelajaran bukanlah seperangkat fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pembelajaran itu dan membentuk makna melalui pengalaman nyata (Depdiknas,2003 : 11)
Proses interaksi siswa dapat dibina dan merupakan proses pembelajaran, seperti yang dikemukakan oleh Corey (1986) dalam Syaiful Sagala (2003:61) dikatakan bahwa : “pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu” Selanjutnya Syaiful Sagala menyatakan bahwa pembelajaran mempunyai dua karakteristik, yaitu : “Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses berpikir, Kedua, dalam proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri” (Syaiful Sagala,2003,63).
Implementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran diwujudkan dalam bentuk pembelajaran yang berpusat pada siswa (student center). Guru dituntut untuk menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, sehingga siswa bekerja sama secara gotong royong (cooperative learning).
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dalam teori ini, penekanan diberikan kepada siswa lebih dari pada guru. Hal ini karena siswalah yang berinteraksi dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Mc Brien & Brandt (dalam Isjoni,2007) menyebutkan konstruktivisme adalah satu pendekatan pengajaran berdasarkan pada penyidikan tentang bagaimana manusia belajar.
Tobin dan Timmons dalam Remsey, (1996) menegaskan bahwa pembelajaran yang berlandaskan pandangan konstruktivisme harus memperhatikan empat hal yaitu (1) berkaitan dengan awal pengetahuan awal siswa (prior knowledge), (2) belajar melalui pengalaman (experiences), (3) melibatkan interaksi sosial (social interaction), (4) kepemahaman (sense making).
Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri, Von Glasersfeld dalam sardiman,A.M. (2007 : 37) menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang.
Kebanyakan akhli berpendapat setiap individu membina pengetahuan dan bukannya hanya menerima pengetahuan dari orang lain. Teori ini berkembang dari teori Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori kognitif yang lain seperti teori Bruner, Slavin dalam Trianto,(2007).
Revolusi konstruktivisme mempunyai akar yang kuat dalam sejarah pendidikan. Perkembangan konstruktivisme dalam belajar tidak terlepas dari usaha keras Jean Piaget dan Vygotsky. Kedua tokoh ini menekankan bahwa perubahan kognitif kearah perkembangan terjadi ketika konsep-konsep yang sebelumnya sudah ada mulai bergeser karena ada sebuah informasi baru yang diterima melalui proses ketidak seimbangan (disequlibrium). Selain itu, Jean Piaget dan Vygotsky juga menekankan pada pentingnya lingkungan sosial dalam belajar dengan menyatakan bahwa integrasi kemampuan dalam belajar kelompok akan dapat meningkatkan pengubahan secara konseptual (Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2007:117).
Menurut Piaget (dalam Suparno:2000), pengetahuan terbentuk berdasarkan kektifan orang itu sendiri dalam berhadapan dengan permasalahan, bahan, atau lingkungan yang baru. Hal ini berarti dalam membentuk pengetahuannya, orang itu sendiri yang membentuknya, sedangkan proses terbentuknya pengetahuan baru menurut Piaget adalah melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan terbentuknya struktur pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang sudah ada, sedangkan akomodasi adalah proses menerima pengalaman baru yang tidak sesuai dengan pengetahuan lama sehingga terjadi ketidakseimbangan (disequilibrium). Untuk mencapai keseimbangan, struktur pengetahuan lama dimodifikasi untuk menampung serta menyesuaikan dengan pengalaman yang baru muncul tersebut. Terjadinya keseimbangan ini menunjukkan adanya terjadi peningkatan intelektualnya.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Strategi pembelajaran kooperatif (cooperatif learning) merupakan strategi pembelajaran kelompok yang akhir-akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para akhli pendidikan untuk digunakan Slavin dalam Wina Sanjaya, (2008:242) mengemukakan dua alasan, pertama, beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri. Kedua, pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam belajar berpikir, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran yang selama ini memiliki kelemahan.***
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa menurut teori belajar konstruktivisme, pengertahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Dengan kata lain, siswa tidak diharapkan sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai dengan kehendak guru.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Wheatley (1991: 12) mendukung pendapat di atas dengan mengajukan dua prinsip utama dalam pembelajaran dengan teori belajar konstrukltivisme. Pertama, pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata yang dimiliki anak.
Kedua pengertian di atas menekankan bagaimana pentingnya keterlibatan anak secara aktif dalam proses pengaitan sejumlah gagasan dan pengkonstruksian ilmu pengetahuan melalui lingkungannya. Bahkan secara spesifik Hudoyo (1990: 4) mengatakan bahwa seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang lain. Oleh karena itu, untuk mempelajari suatu materi yang baru, pengalaman belajar yang lalu dari seseorang akan mempengaruhi terjadinya proses belajar tersebut.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih bernilai, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Dalam upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Tytler (1996: 20) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran, sebagai berikut: (1) memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan bahasa sendiri, (2) memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif, (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru, (4) memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa, (5) mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka, dan (6) menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
PEMBELAJARAN IPA YANG BERSIFAT KONSTRUKTIF DI SEKOLAH DASAR
Setidaknya ada lima cakupan yang harus dipelajari dalam pelajaran IPA di sekolah dasar. Keempat cakupan tersebut adalah:
1) Konsep IPA terpadu
2) biologi
3) fisika
4) ilmu bumi dan antariksa
5) IPA dalam perspektif interdisipliner
Sampai saat ini, konten sains bagi kebanyakan guru diberikan melalui metode ceramah dan kegiatan pembuktian di laboratorium, dengan sedikit fokus terhadap pemberian pengalaman dalam melakukan penelitian atau aplikasi IPA dalam konteks teknologi.
Hurd (1998) yang menyatakan bahwa orang yang dinyatakan melek sains memiliki 3 ciri sebagai berikut:
(1) dapat membedakan teori dari dogma, data dari hal-hal yang bersifat mistis, sains dari pseudo sains, bukti dari propaganda dan pengetahuan dari pendapat.
(2) mengenal dan  memahami hakikat IPA, keterbatasan dari saintifk inkuiri, kebutuhan untuk pengumpulan bukti.
(3) memahami bagaimana cara untuk menganalisis dan memproses data.
Untuk menjadi orang yang melek sains ini diperlukan cara pengajaran yang berisfat konstruktif. Ciri pembelajaran yang bersifat kosntruktif ini dapat dibedakan dengan pembelajaran yang bersifat tradisional dengan ciri-ciri sebagai berikut:
lebih memahami dan merespon minat, kekuatan, pengalaman dan keperluan siswa secara individual.
senantiasa menyeleksi dan mengadaptasi kurikulum.
berfokus pada pemahaman siswa dan menggunakan pengetahuan sains, ide serta proses inkuiri.
membimbing siswa dalam mengembangan saintifik inkuiri.
menyediakan kesempatan bagi siswa untuk berdiskusi dan berdebat dengan siswa lain.
secara berkesinambungan melakukan asesmen terhadap pemahaman siswa.
memberikan bimbingan pada siswa untuk berbagai tanggung jawab dengan siswa lain.
mensuport pembelajaran kooperatif (cooperative learning), mendorong siswa untuk bekerjasama dengan guru sains lain dalam mengembangkan proses inkuiri.
C. PANDANGAN KONSTRUKTIVISME TENTANG BELAJAR IPA
1. Belajar sebagai perubahan konsepsi
Menurut pandangan konstruktivisme keberhasilan belajar bergantung bukan hanya pada lingkungan atau kondisi belajar, tetapi juga pada pengetahuan awal siswa. Belajar melibatkan pembentukan “makna” oleh siswa dari apa yang mereka lakukan, lihat, dan dengar (West & Pines, 1985). Jadi pembentukan makna merupakan suatu proses aktif yang terus berlanjut.
2. Perubahan Konsepsi dalam Pembelajaran IPA
Implikasi dari pandangan konstruktivisme disekolah ialah pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata. Jadi dalam belajar sains/IPA merupakanh proses konstruktif yang menghendaki partisipasi aktif dari siswa.(Piaget dalam Dahar,1996), sehingga peran guru berubah, dari sumber dan pemberi informasi menjadi pendiagonsis dan fasilitator belajar siswa.
Pembelajaran dan prespektif konstruktivisme mengandung empat kegiatan inti, yaitu: (1) berkaitan dengan prakonsepsi atau pengetahuan awal (prior knowledge); (2) mengandung kegiatan pengalaman nyata (experience); (3) melibatkan interaksi social (social interation); (4) terbentuknya kepekaan terhadap lingkungan (sense making).
3. Pentingnya Konteks
Perlu diupayakan pembelajaran yang memungkinkan siswa dengan sadar mengubah apa yang diyakininya yang ternyata tidak konsistan dengan konsep ilmiah. Dengan kata lain informasi dan pengalaman yang dirancang guru-guru untuk siswa seharuanya koheren dengan konsep yang dibawa anak atau disesuaikan dengan pengetahuan awal siswa.
Perubahan konsepsi akan terjadi apabila kondisi yang memungkinkan terjadinya perubahan konsepsi terpenuhi dan tersedia konteks ekologi konsepsi untuk berlangsungnya perubahan itu (Posner et al., dalam West & Pines, 1985; Dahar, 1996). Ekologo konsep yang dimaksud adalah sebagai berikut; (a) Anak merasa tidak puas dengan gagasan yang dimilikinya; (b) Gagasan baru harus dapat dimengerti (inteligible); (c) Konsepsi yang baru harus masuk akal (plausible); (d) Konsepsi yang baru harus dapat member suatu kegunaan (fruitful)
D.  MODEL-MODEL PEMBELAJARAN UNTUK PERUBAHAN KONSEPSI
Dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran IPA ahkir-ahkir ini para ahli mengembangkan berbagai model pembelajaran yang dilandasi pandangan konstruktivisme dari Piget. Pandangan ini berpendapat bahwa dalam proses belajar anak membangun pengetahuannya sendiri dan memperoleh banyak pengetahuan di luar sekolah (Dahar, 1989: 160). Oleh karena itu, setiap siswa akan membawa konsepsi awal mereka yang diperoleh selama berinteraksi dengan lingkungan dalam kegiatan belajar mengajar.
Konstruktivisme memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk melakukan dialog dengan guru dan teman-temannya karena hal ini bisa meningkatkan pengembangan konsep dan ketrampilan berpikir para siswa. Dikenal beberapa model pembelajaran yang dilandasi kontruktivisme yaitu model siklus belajar (Learning cycle model), model pembelajaran generative (generative learning model), model pembelajaran interaktif (interactive learning model), model CLIS (Children learning in science), dan model strategi pembelajaran kooperatif atau CLS (Cooperative learning strategies). Masing-masing model tersebut memiliki kekhasan tersendiri, tetapi semuanya mengembangkan kemampuan struktur kognitif untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional. Kekhasn model-model tersebut tampak pada tahapan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Selanjutnya Tytler (1996: 11-17) dalam buku Materi dan Pembelajaran IPA SD menyatakan bahwa setiap model memiliki fase-fase dengan istilah yang berbeda, tetapi pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu: (a) menggali gagasan siswa, (b) mengadakan klarifikasi dan perluasan terhadap gagasan tersebut, kemudian (c) merefleksikannya secara eksplisit. Perbandingan fase-fase dari model-model tersebut tampak pada table dibawah ini.
E. CONTOH MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
Salah satu contoh yang disarankan adalah memulai dari apa yang menurut siswa hal yang biasa, padahal sesungguhnya tidak demikian. Perlu diupayakan terjadinya situasi konfik pada struktur kognitif siswa. Contohnya mengenai cecak atau cacing tanah. Mereka menduga cecak atau cacing tanah hanya satu macam, padahal keduanya terdiri lebih dari satu genus (bukan hanya berbeda species). Berikut ini akan dicontohkan model untuk pembelajaran mengenai cacing tanah melalui ketiga tahap dalam pembelajaran kntruktivisme (ekplorasi, klarifikasi, dan aplikasi)
Fase Eksplorasi
· Diperlihatkan tanah berisi cacing dan diajukan pertanyaan: “Apa yang kau ketahui tentang cacing tanah?”.
· Semua jawaban siswa ditampung (ditulis dipapan tulis jika perlu).
· Siswa diberi kesempatan untuk memeriksa keadaan yang sesungguhnya, dan diberi kesempatan untuk merumuska hal-hal yang tidak sesuai dengan jawaban mereka semula.
Fase Klarifikasi
· Guru memperkealkan macam-macam cacing dan spesifikasinya.
· Siswa merumuskan kembali pengetahuan mereka tentang cacing tanah.
· Guru memberikan masalah berupa pemilihan cacing yang cocok untuk dikembangbiakkan.
· Siswa mendiskusikannya secara berkelompok dan merencanakan penyelidikan.
· Secara berkelompok siswa melakukan penyelidikan untuk menguji rencananya.
· Siswa mencari tambahan rujukan tentang manfaat cacing tanah dulu dan sekarang.
Fase Aplikasi
· Secara berkelompok siswa melaporkan hasilnya, dilanjutkan dengan penyajian oleh wakil kelompok dalam diskusi kelas.
· Secara bersama-sama siswa merumuskan rekomendasi untuk para pemula yang ingin ber-“ternak cacing” tanah.
· Secara perorangan siswa membuat tulisan tentang perkehidupan jenis cacing tanah tertentu sesuai hasil pengamatannya.
 KEUNGGULAN PENGGUNAAN KONSRUKTIVISTIK DI DALAM PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR
Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan mengintegerasikan dengan hasil rekonstruksi pengetahuan yang mereka miliki dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.
Siswa memiliki kesempatan membagi dan berdiskusi serta saling bertukar pengalaman yang berkaitan dengan mata pelajaran IPA kepada temannya.
pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasanpada saat yang tepat.
pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.
pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Sumber  :
http://www.idonbiu.com/2009/05/hakikat-pembelajaran-menurut-teori.html
http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/31/konstruktivisme-6-keunggulan-penggunaan-pandangan-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/
http://fip.uny.ac.id/pjj/wp-content/uploads/2008/02/inisiasi_pengembangan_ pembelajaran _ipa_1.pdf)
www.geocities.com/no_vyant/Ss_inisiasi_sem2/Inisiasi_Pemngembangan_ Pembelajaran_IPA_4.doc -)
http://latipduniailmiah.blogspot.com/2009/03/pembelajaran-ipa-sekolah-dasar-sd.html
http://sahabatguru.wordpress.com/2010/01/04/strategi-pembelajaran-ipa-untuk-sekolah-dasar-evi-afifah-hurriyatim-si-trainer-makmal-pendidikan/
sumberhttp://febriaanisa.blogspot.com/2013/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran_27.html

Sabtu, 09 Mei 2015

Laknatullah yang Menuduh Kami Merampok Tanah

Keluarga kami dituduh oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab dengan berbagai fitnahan dan strategi busuk oleh orang-orang busuk tersebut ( R, S, M, K, N, D, dan lainnya bersama keluarganya serta kroni-kroninya) tuduhan yang tidak terbukti.Mereka menggunakan fitnah berbagai cara termasuk menggunakan jabatan untuk memfitnah keluarga kami merampok tanah tersebut.

Orang yang memiliki masih hidup Hj. Ny. Karsinem mengatakan bahwa Tanah warisan Mad Karta dan Ny. Karsinem telah dibagikan 16 September 1984 tanpa catatan dari pihak yang menerima warisan tersebut. dan sisanya masih dimiliki Ny. Karsinem untuk kehidupannya . Sekarang sudah merasakan tua maka tanah tersebut dihibahkan kepada keluarga kami dengan maksud merawat beliau sampai akhir hayatnya. Tuduhan merampok tanah mereka sama sekali tidak terbukti batal demi hukum setelah kami kemukakan bukti surat perjanjian tersebut.

Tuduhan orang-orang tersebut setelah kami memberikan bukti yang syah dan otentik yang dtandatangani orang-orang yang bersangkutan dengan diketahui 4 orang saksi dari perangkat desa. bukti tersebut, salinannya sudah ada di Pemerintah Desa dengan tembusan Camat. Jadi tuduhan tersebut sangatlah tidak benar merusak nama baik dan martabat keluarga kami. Sudah menjadi kewajiban kami untuk membela martabat dan hara benda kami sesuai yang diperintahkan oleh Agama Islam.

Saya sebagai orang Islam yamg selalu berdakwah demi kbaikan umat dituduh bersama keluarga kami merampok tanah maka saya dunia akhirat tidak terma.Oleh karena itu siapa saja yang membaca postingan ini sebagai saksi bahwa kami adalah benar dan mereka adalah salah. Oleh karena itu saya akan berjanji untuk kehancuran mereka.

Ya Allah dengan kebenaranmu, Kebenaran Nabi-Mu, Kebenaran Al-quran, Sakit hati kami yang didzolimi  merampok / merampas tanah warisan seperti yang telah dituduhkan kepada kami padahal tidak terbukti secara lisan maupun tulisan maka saya mohon kepadamu ya Allah, Agar mereka yang menyakiti kami tersebut beserta keluarganya hancurkanlah dan berikanlah kerugaian seperti janjimu dalam Kitab-Mu ya allah.

Ya allah ampunilah aku dan kelyargaku, orang yang beriman laki-laki dan perempuan yang beriman kebenaran alquran, yang memasuki rumah (urusan rumah tanggaku) dengan iman. ya Allah jangan tambahkan kepada orang-orang dzolim khususnya yang menuduh saya dan keluargaku merampok harta mereka atas kasus tanah Ny. Karsinem maka saya mohon hancurkanlah jiwa, raga, harta, kedudukan, jabatan, martabat dan keluarganya serta kroni-kroni mereka ( golongan jin dan manusia) dengan kehancuran yang sehancur-hancurnya dalam waktu dekat agar mereka menyadari kesalahannya dan kembali kejalan-Mu ya Allah. Ya allah aku tidak akan berhenti berdoa sampai mereka mengalami apa yang saya mintakan kepadamu ya Allah. 

Doa disarikan dari alquran

Jumat, 08 Mei 2015

Analis Data Model Miles dan Huberman

E.1. Model Miles dan Huberman
Miles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu : data reduction, data display, dan conclusion
  1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti : komputer , dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi , maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting, membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting dibuang.
 2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan data.Display data dalam penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan : “the most frequent form of display data for qualitative research data in the pas has been narative tex” artinya : yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).
Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemukan saat memasuki lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data. Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
3.Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang  mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.

E.2. Model Spradley
Menurut Spradley (1980) penelitian kualitatif dilakukan dengan dua belas langkah:
  1. Menetukan Situasi Sosial
  2. Melakukan Observasi Partisipasi
  3. Membuat Catatan Lapangan
Semua catatan lapangan dibuat dengan menggunakan prinsip pencatatan sebagaimana dianjurkan oleh Spradley (1980: 65-68), yaitu: 1) prinsip identifikasi bahasa, yaitu mengidentifikasikan benuk bahasa yang digunakan, 2) prinsip verbatim, yaitu mencatat ucapan atau perkataan sebagaimana yang dikatakan oleh pelakunya, 3) prinsip konkrit, yaitu menggunakan bahasa yang konkrit, yaitu bukan hanya memberikan nama pada suatu tindakan.
4.Melakukan Observasi Deskriptif
Dalam observasi deskriptif ada dua kegiatan yang dilakukan yaitu: 1) Grand Tour, observasi yang dilakukan sebelum penelitian, mengamati gambaran pokok dari situasi sosial yang telah ditentukan misalnya tempat, proses kejadian, orang kelompok dan lain sebagainya, 2) Mini tourobservasi yang dilakukan dalam waktu penelitian. Hasil observasi deskriptif ini ditulis dalam catatan lapangan yang memuat tentang apa yang diamati, dilihat, didengar, dan dipikirkan peneliti.
5. Melakukan Analisis Kawasan
Analisi kawasan merupakan suatu cara berfikir yang sistematis memberikan atau menguji sesuatu untuk menentukan hubungan antar bagian, serta hubungan bagian-bagian dengan keseluruhan seperti, bagaimana hubungan majikan dan buruh dalam pengelolaan penangkapan ikan. Menurut Spradley (1980) analisis kawasan ini merupakan jenis alat berfikir. Dalam penelitian ini analisis kawasan mengidentifikasikan beberapa kawasan, di antaranya: 1) jenis aktor yang terlibat dalam pengelolaan pengkapan ikan, 2) jenis objek fisik yang tercakup dalam pengelolaan penangkapan ikan, 3) jenis-jenis tindakan yang dilakukan oleh aktor dalam pengelolaan pengkapan ikan, 4) jenis-jenis alat yang digunakan dalam pengelolaan penangkapan ikan, 5) jenis-jenis periode waktu yang digunakan untuk menangkap ikan di laut.
6.Melakukan Observasi Terfokus
Pada tahap observasi dilakukan secara lebih terfokus kepada rincian-rincian dari suatu kawasan. Oleh sebab itu, observasi terfokus atas dasar-dasar kawasan-kawasan yang telah diidentifikasi dalam usaha mencari situasi budaya dan situasi
7. Melakukan Analisis Taksonomi
Adapun analisis taksonomi ini ditujukan untuk mencari struktur internal antara komponen dari masing-masing kawasan dengan berpedoman kepada langkah-langkah seperti yang diajukan Spradley (1997). Diantaranya jenis-jenis aktor yang terlibat dalam pengelolaan penangkapan ikan yang meliputi: majikan, buruh dan masyarakat setempat yang terlibat aktif dalam pengelolaan pengakapan ikan.
8. Melakukan Observasi Terseleksi
Hubungan dari bagian-bagian pada tiap kawasan yang ditetapkan dalam observasi terfokus perlu diamati lebih rinci melalui observasi terseleksi. Observasi terseleksi dimaksudkan untuk menemukan makna budaya dari situasi sosial yang diteliti, seperti yang dikatakan spradley (1997: 125) “makna dari masing-masing wilayah kebudayaan muncul dari perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan di antara istilah tersebut”. Pemahaman ini menuntut pelaksanaan observasi terseleksi, melalui pertanyaan-pertanyaan kontras (contrast questions). Ada dua macam pertanyaan kontras, yaitu: pertanyaan kontras berpasangan ganda dua, dan pertanyaan kontras berpasangan ganda tiga. Pertanyaan-pertanyaan kontras tersebut diajukan kepada kawasan-kawasan yang ditetapkan dalam observasi terfokus dan tahap analisis taksonomi.
9. Melakukan Analisis Komponensial
Analisis komponensial dilakukan untuk menentukan komponen-komponen yang mengandung arti sistematik, yang berhubungan dengan kategori budaya. Agar dimensi-dimensi kontras dapat diidentifikasikan, diajukan sejumlah pertanyaan kontras. Dimensi kontras dari dari suatu kategori budaya dapat ditelusuri dengan memasukkan atribut-atribut yang ditemukan kedalam lembar analisis, sambil melakukan pengujian ke absahan data melalui observasi dan wawancara.
Langkah-langkah yang di tempuh saat melakukan analisis komponensial sebagaimana yang dijelaskan oleh Spradley (1997) ialah : 1) menetapkan kawasan-kawasan yang dianalisis seperti jenis-jenis aktor yang terlibat yang terlibat dalam pengelolaan penangkapan ikan, 2) menginventarisasi seluruh kontras yang ditemukan, yakni mengidentifikasikan dimensi kontras yang bernilai dan berkategori, misalnya: dalam hal apa saja majikan dan bururh berhubungan dalam menanggulangi kemiskinan, 3) mengkombinasikan yang mempunyai nilai jamak (multiplevalues) seperti: bagaiamana hubungan majikan dan buruh dengan pengelolaan penangkapan ikan.
10. Menemukan Tema-Tema Budaya
Analisis tema merupakan suatu analisis yang dilakukan dan upaya untuk memperoleh pandangan atau kebiasaan-kebiasaan yang terjadi di kelurahan Pasar Bengkulu Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu. Analisis ini dilakukan atas dasar analisis komponen yang telah dilakukan guna mencari kesamaan-kesamaan
11. Mendata Temuan-Temuan Budaya
Pada tahap ini dipersiapkan untuk pembuatan laporan akhir/ penulisan etnografi. Mendata temuan-temuan budaya bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi jenis-jenis informasi yang telah ditemukan selama penelitian. 2) mengidentifikasi kekurangan dari informasi yang telah dikemukakan 3) mulai mengatur data-data yang dimiliki untuk persiapan penulisan etnografi.
12. Penulisan Laporan Hasil Penelitian
Hasil temuan penelitian selama observasi dan wawancara di lapangan ditulis dalam bentuk tulisan etnografis dan dilakukan secara bertahap. 1) bersamaan dengan pengambilan data di lapangan, dibuat catatan lapangan yang kemudian dilakukan analisis data seperti yang telah diuraikan sebelumnya, 2) setelah ditemukan gambaran tentang permasalahan peneliti, disusunlah outlineyang dikonfirmasikan dengan pembimbing, 3) membuat kerangka pokok tentang isi (materi) yang akan disajikan dalam laporan berdasarkan kawasan-kawasan yang telah dianalisis, 4) menetapkan judul dan sub judul, 5) menyelesaikan laporan akhir, yakni pengetikan seluruh laporan dan koreksi dari dosen pembimbing.
E.3. Model Bogdan dan Biklen
Bogdan dan biklen mengemukakan saran-saran untuk melakukan analisis sebagai suatu bagian berkesinambungan dari pengumpulan data yang bermanfaat untuk melakukan analisis final setelah meninggalkan lapangan sebagai berikut :
  1. Dorong diri anda untuk membuat keputusan yang mempersempit studi.
Studi pengumpulan data adalah seperti corong. Pertama, anada mengumpulkan data secara luas, mencari subjek-subjek yang berbeda, menjelajahi ruang fisik untuk mendapatkan pemahamn yang luas. Kedua, anda mengembangkan suatu focus penelitian yang berdasarkan apa yang mungkin dilakukan dan apa yang menjadi perhatian anda, persempit ruang lingkup pengumpulan data. Lakukan hal itu setelah tiga atau empat kali kunjungan atau wawancara awal. Semakin banyak data yang anda ilki untuk topic, latar belakang atau subjek tertentu, semakin mudah anda memikirkanya secara mendalam, dan semakin prokduktif anda ketika malakukan analisis akhir.
2. Dorong diri anda untuk memutuskan jenis studi yang ingin anda lakukan.
Terdapat banyak jenis studi kualitatif: studi kasus organisasi, studi observasi, studi sejarah kehdupan dan sebagainya. Sebagian peneliti berpengalaman condong kesalah satu jenis penelitian ini dan mereka secara otomatis mencari data yang diarahkan pada salah satu jenis tersebut. Peneliti berpengalaman yang lain mengunakan eklektif. Tetapi dengan sadar mereka dapat memutuskan apa jenis studi yang ingin mereka lakukan.
3. Kembangkan pertanyaan-pertanyaan analitis.
Dalam rancangan penelitian, peneliti pada umumnya telah merumuskan pertanyaan yang bersifat umum untuk suatu studi. Pertanyaan-pertanyaan ini penting karena dapat memberikan focus pada pengumpulan data dan membantu dalam penyusunannya ketika diproses.
4. Rencanakan sesi pengumpulan data berdasarkan apa yang anda temukan dalam observasi pendahuluan.
Secara regular tinjau catatan lapangan anda dan rencanakan untuk mengejar arah-arah yang spesifik dalam sesi pengumpulan data anda berikutnya. Tanya diri anda sendiri apa yang masih belum anda ketahui dan apa bentuk studi anda. Putuskan dengn segera.
5. Tulis “Komentar Pengamat” tentang ide-ide yang anda hasilkan.
Catatan lapangan diangap berisi komentar pengamat. Komentar pengamat adalah bagian-bagian dari catatan lapangan tempat peneliti mencatat pendapat dan perasaanya sendiri. Catat pengertian-pengertian penting yan muncul pada anda selama pengumpulan data sebelum anda kehilangan.
6. Tulis memo untuk anda sendiri tentang apa yang anda pelajari.
Setelah anda berada dilapangan lima atau enam kali dorong diri anda melihat keseluruhan data anda dan tulis satu atau dua halaman ringkasan dari apa yang menurut anda muncul dari pikiran. Kembangkan hubungan-hubungan ringkasan tersebut antara komentar-komentar pengamatan. Teruskan menulis memo atau angkuman secara teratur. Memo ini dapat memberikan kesempatan untuk merefleksikan isu-isu yang muncul dalam latar dan bagaiman kaitanya dengan isu-isu teoritis, metodologis, dan substantif yang lebih luas.
7. Uji cobakan ide-ide dan tema-tema pada informan.
Informan kunci adalah subjek yang pandangannya dan tuturannya jelas. Mereka dapat digunakan sebagai sumber analisis pendahuluan. Selama observasi pendahuluan dalam suatu studi misalnya sering kali terjadi pertentangan dari suatu masalah. Meskipun anda dapat mengunakan informan sebagai sumber, perlu diperhatikan bahwa anda tidak boleh menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu kepada mereka.
8. Mulai menjajagi kepustakaan sementara anda masih dilapangan.
Ada perdebatan tentang kapan seseorang yang melakukan penelitian kualitatif harus mulai melakukan tinjauan kepustakaan. Kita menemukan bahwa sangat bermanfaat bagi peneliti untuk membaca studi kualitatif tentang bidang-bidang yang tidak berhubungan karena ini dapat membeut mereka lebh familiar terhadap orang-orang ang diteliti.
9. Bermainlah dengan metafora, analogi dan konsep-konsep.
Kepicikan merusak kebanyakn penelitian. Kita terlibat dalam pengumpulan data pada tempat tertentu dan menjadi begitu tertarik terhadap hal-hal khusus, sehingga kita tidak dapat menguhubungkanya dengan latar yang lain atau dengan hasil pengalaman kita secara luas. Cara lain untuk memperluas cakrawala adalah berusaha meningkatkan hubungan dan kejadian konkret yang diamati dari latar tertentu kedalam tingkata abstraksi yang lebih tinggi
10. Gunakan perangkat visual
Suatu proses analisis yang memperoleh peningkatan perhatian adalah pengunaan perangkat visual. Gerafik dan bagan seperti diagram, table, grafik dan matrik dapat digunakan dalam setiap tahap analisis  dari perencanaan sampai keproduk akhir.

E. 4. Model Strous dan corbin (grounded theory)
Menurut strous dan corbin analisis data kualitatif khususnya dalam penelitian grounded theory terdiri dari tiga jenis pencodean utama yaitu pengodean terbuka (opening coding), pengodean berporos (axial coding), dan pengodean selekti (selective coding).
  1. Pengodean terbuka (open coding)
Pengodean terbuka (open coding) adalah bagian analisis yang berhubungan khususnya dengan penamaan dan pengatagorian fenomena melalui pengujian data secara teliti. Tanpa tahap analisis tahap pertama ini, sisa analisis dan komunikasi yang mengikuti tidak dapat mengambil tempat. Selama pengodean terbuka data dipecah didalam bagian-bagian terpi sah, diuji secara cermat, dibandingkan untuk persamaan dan perbedaannya dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sesuai fenomena yang tercermin dalam data. Melalui proses ini asumsi seseorang tentang fenomena yang dipertanyakan pengarah pada temuan-temuan baru.
2. Pengodean berporos (axial coding)
Pengodean terbuka memecahkan data dan membolehkan seseorang mengidentifikasi beberapa katagori, property dan lokasi. Sementara pengodean berporos meletakan data tersebut kembali kebelakang bersama-sama dalam caa-cara baru dengan membuat sebuah hubungan antara katagori dan sub katagorinya. Disini kita berbicara tentang hubungan beberapa katagori utama untuk membuat rumusan teoritis yang lebih luas, tetapi mengembangan apa yang menjadi salah satu dari beberapa katagori utama.  Dengan kata lain kita masih berurusan dengan pengembangan sebuah katagori
3. Pengodean selektif.
Setelah beberapa waktu, pengumpulan dan analisis data. Anda dihadapkan dalam tugas mengintegrasikan katagori-katagori tersebut untuk membentuk teori dasar. Pengintegrasian material merupakan sebuah tugas yang sulit. Dimana implikasinya adalah suatu proses kompleks tetapi tentu saja dapat dilakukan. Ada beberapa langkah untuk melakukan semua ini. Langkah pertama adalah menguraikan alur cerita . yang kedua menghubungkan katagori-katagori tambahan disekitar katagori inti dengan mengunakan paradigma. Langkah ketiga, menghubungkan katagori-katagori pada leval demensioanl. Langkah keempat, menyertakan validasi hubungan-hubunga ini dengan data. Langkah terakhir measukan katagori yang memerlukan pengembangan lebih lanjut.
sumber :
Emzir.2010.Metodologi Penelitian Kualitatif:Analisis Data.Jakarta:
Rajawali  Pers.
Miles & Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta. UI-Press.

PONPES SHIDIQIIN WARA` PURWOJATI

Sholawat_Badar-Puput_Novel-TOPGAN

Blogger templates

href="http://www.yayasangurungajiindonesia.com" ' rel='canonical'/>>

Adsendiri

Pasang Iklan Disini

adsend

Pasang Iklan Disini

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | cheap international calls